CUK! Sejarah Perubahan Besar ITS
Posted in Reportase
Arek ITS Cuk! mulai digunakan sekitar awal tahun 1990-an. Saat itu,
Pergerakan mahasiswa sedang hangat-hangatnya. Kebangkitan dari stagnasi
sejak 1980-an. Diskusi terbuka pun diselenggarakan oleh SMTP (Senat
Mahasiswa Perguruan Tinggi) berlandaskan Peraturan Pemerintah no.02/1989
yang kemudian dijabarkan dalam SK. Mendikbud no.0457/1990. Setelah
mengalami berbagai kebuntuan pembicaraan, maka pihak Rektorat ITS dalam
hal ini Pembantu Rektor III (Ir. Hadi Sutrisno), mengundang segenap
pengurus lembaga Kemahasiswaan ITS untuk suatu penyatuan visi dalam
Rapat Kerja Bidang Kemahasiswaan ITS yang diadakan di Pacet, Mojokerto,
10-12 Desember 1990.
Pada acara persiapan rapat
kerja tersebut pengurus KOPMA ITS bersedia memberikan sumbangan berupa
kaos bagi para peserta. Namun disayangkan, pengurus KOPMA ITS kala itu
memberikan batas waktu penyerahan materi kaos hanya dalam tempo kurang
dari 2 (dua) jam saja. Dengan berbekal semangat untuk mendapatkan
bantuan kaos, maka beberapa aktivis mahasiswa lintas jurusan berupaya
membuat desain kaos tersebut. Pada proses pembuatannya, seorang
mahasiswa yang bernama Sentot Baskoro melihat salah seorang mahasiswa
Arsitektur ITS yang melintas dengan mengenakan kaos bertulisan "Arek ITS
Cuk!" tercetak kecil di kerah belakang dengan format huruf balok.
Berbekal
insipirasi kaos mahasiswa Arsitektur tersebut, maka saudara Sentot
Baskoro membuat sketsa desain gambar latar bangunan kampus Sukolilo yang
khas dengan tulisan tangan "Arek ITS Cuk!" dominan di depan serta
keterangan kecil di kanan atas: Rapat Kerja Bidang Kemahasiswaan ITS,
Pacet 10-12 Desember 1990. Desain yang kemudian disepakati dan dicetak
menjadi kaos ini kemudian dibagikan kepada seluruh peserta rapat kerja.
Pembantu
Rektor III ITS dan para aktivis kemahasiswaan yang memakai kaos
tersebut malah menunjukkan rasa kebanggan yang tinggi. Semenjak itulah
yel Arek ITS Cuk! menjadi populer di seluruh teritorial ITS, bahkan
kepopulerannya menjangkau sampai ke beberapa alumni di Jakarta. Termasuk
yang kala itu masih bergabung dengan kelompok Humpuss, secara khusus
meminta dikirimi beberapa stiker bertuliskan yel Arek ITS Cuk! tersebut.
Beberapa rekan aktivis dari Teknik Sipil, saudara Djoko Kecil dan M.
Buana "Bun-bun" Rochman, mencoba memperhalus kekasaran yel Arek ITS Cuk!
dengan memberi kepanjangan Cerdas Ulet Kreatif bagi C terakhir Arek ITS
Cuk! Dan ini kemudian dijadikan justifikasi penggunaan C terakhir pada
yel Arek ITS Cuk! oleh generasi kemahasiswaan berikutnya.
Budaya Transisi
------------ ----
Situasi
yang terpecah belah selalu membutuhkan satu pemersatu yang bersifat
lintas disipliner, sangat kedaerahan, informal, bersahabat, dan mudah
diterima oleh semua pihak. Pilihan itu ternyata jatuh pada penggunaan
yel Arek ITS Cuk! sebagai salah satu faktor pemersatu gerakan
Kemahasiswaan ITS kala itu. Yel Arek ITS Cuk! digunakan untuk
menggantikan yel-yel sektoral jurusan yang dapat menimbulkan kebencian
dari jurusan lainnya. Penggunaan yel Arek ITS Cuk! yang meluas kemudian
menjadikan para mahasiswa ITS seolah mempunyai satu semangat baru untuk
bersatu dan membedakan diri dari perguruan tinggi lain yang ada di Jawa
Timur. Hanya ITS yang menggunakan idiom Surabaya kelas bawah dalam yel
Arek ITS Cuk!nya.
Pasca Sosialisasi
------------ -----
ITS
bersatu terlihat hampir menjadi kenyataan yang niscaya tatkala para
alumni rapat Kemahasiswaan tersebut berhasil mengangkat ketua SM-ITS
pertama(Oki Arisulistijanto) dalam suatu rapat penuh kekeluargaan di
lantai II, gedung rektorat lama (plaza Dr. Angka) pada medio 1990. Hanya
sayangnya kepengurusan tersebut tidak diakui secara resmi oleh pihak
Rektorat ITS karena dianggap melenceng dari petunjuk teknis SK Mendikbud
no.0457/1990.
Meskipun sempat mengalami masa
kebersatuan ITS yang pendek (ditandai oleh Bhakti Kampus bersama
1991-1992) dan proyek Widya Wahana II (1992), namun proses pemersatuan
ITS tersebut ternyata mengalami kemunduran kembali tatkala para alumni
rapat kerja kemahasiswaan tersebut mulai dikejar target kelulusan
perkuliahan mereka masing-masing. Tercatat kemunduran utama dialamai
tatkala beberapa tokoh aktivis menyelesaikan studinya pada tahun 1991
yang kemudian diikuti oleh beberapa rekan mahasiswa lainnya sampai ke
suatu titik dimana semangat untuk mempersatukan ITS melemah dikikis
habis oleh tradisi bergesekan berfaham sporadisme dan nasionalisme
jurusan yang sempit.
Penutup
--------
Dalam
beberapa tahun terakhir terlihat adanya keinginan untuk mempersatukan
dan membangun citra kebesaran ITS pada para aktivis mahasiswa yang ada.
Mereka melihat sejarah dan mencoba untuk menghidupkan kembali idiom dan
yel Arek ITS Cuk!, namun ternyata jaman sudah berubah dan bukanlah
sambutan yang mereka dapatkan melainkan hujatan yang terutama diajukan
oleh kaum beradab berpendidikan tinggi yang kebanyakan bukanlah dari
kalangan marhaen asli Surabaya dan lagi-lagi bukan dari mahasiswa.
============ ========= ========= ========= =========
dikutip dari mailist alumni
Well
Then, melihat penutup dari milist tersebut, terlihat jelas kekecewaan
para pendahulu kita. Sebagai mahasiswa yang independent, saya tidak
menyalahkan alumni, apalagi mendukung penuh birokrasi. Sejenak mari kita
renungkan makna istilah U untuk Ulet, dan A untuk Amanah.
Terlepas
dari itu semua, label CAK-CUK bukanlah sembarang label. Banyak nilai
yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut seharusnya tertanam dalam
hati sanubari setiap sivitas akademika ITS pada umumnya. Tidak hanya
mahasiswa, dosen pun seharusnya meresapi dalam-dalam makna sesungguhnya,
sehingga mampu menjadi teladan yang baik untuk mahasiswanya. Beberapa
nilai yang saya ambil dari Deskripsi Model Pendidikan Karakter Bangsa
di ITS diantaranya adalah :
1. Etika dan Intregitas
Dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara, beragama, maupun dalam menjalankan
profesinya, Seorang yang cerdas-amanah-kreatif selalu berpegang teguh
pada norma-norma yang berlaku di masyarakat, negara, dan agama. Marilah
berusaha menjaga amanah ini supaya jangan sampai label cak menjadi
negatif karena etika dan ulah minoritas.
2. Kreativitas dan Inovasi
Mahasiswa
yang kreatif tentunya selalu mencari ide-ide segar yang mampu
menghasilkan inovasi dalam mengerjakan tugas dan menjalankan perannya
dengan baik.
3. Ekselensi
Dengan
ekselensi, seseorang akan berusaha secara maksimal untuk mencapai hasil
yang sempurna. Walaupun kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, namun
sebagai makhluk hendaknya selalu berusaha yang terbaik dalam setiap
aksinya.
4. Kepemimpinan yang kuat
Kepemimpinan
yang kuat akan menunjukkan prilaku yang visioner, kreatif, inovatif,
pekerja keras, berani melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih
baik. Selain itu, mereka juga harus bertanggungjawab dengan segala
tindakannya.
5. Sinergi
Mampu bekerjasama untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki.
6. Kebersamaan dan tanggung jawab sosial
Mampu
menjaga kerukunan dan peduli terhadap masyarakat sekitar. Sebuah
tanggung jawab sosial yang cukup berat untuk seorang berlabel CAK.
Karena mereka akan dituntut menjadi teladan bagi orang-orang
disekitarnya.
Mungkin masih banyak lagi nilai
yang terkandung di dalam tiga kata sederhana itu. Dengan jargon CAK,
sivitas akademika ITS diharapkan mempunyai karakter yang amanah dalam
menjalankan tugasnya, mampu mengabdikan diri kepada masyarakat sekitar.
Dan yang pasti, hendaknya memunyai mindset dan tindakan yang cerdas dan
kreatif.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa pahlawannyaBangsa yang hebat adalah bangasa yang berani melakukan perubahanITS, sebuah bangsa bagi pejuang muda masa depanTetap berkaca ke depan CAK,tanpa meninggalkan sejarah CUK . . .
Keren pek kalimat "Tetap berkaca ke depan CAK,
BalasHapustanpa meninggalkan sejarah CUK"
Vivat !!
Suwun,Guk............Hidup ITS
BalasHapus