Senin, 05 Desember 2011

2

CUK! Sejarah Perubahan Besar ITS

Posted in
Arek ITS Cuk! mulai digunakan sekitar awal tahun 1990-an. Saat itu, Pergerakan mahasiswa sedang hangat-hangatnya. Kebangkitan dari stagnasi sejak 1980-an. Diskusi terbuka pun diselenggarakan oleh SMTP (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) berlandaskan Peraturan Pemerintah no.02/1989 yang kemudian dijabarkan dalam SK. Mendikbud no.0457/1990. Setelah mengalami berbagai kebuntuan pembicaraan, maka pihak Rektorat ITS dalam hal ini Pembantu Rektor III (Ir. Hadi Sutrisno), mengundang segenap pengurus lembaga Kemahasiswaan ITS untuk suatu penyatuan visi dalam Rapat Kerja Bidang Kemahasiswaan ITS yang diadakan di Pacet, Mojokerto, 10-12 Desember 1990.

Pada acara persiapan rapat kerja tersebut pengurus KOPMA ITS bersedia memberikan sumbangan berupa kaos bagi para peserta. Namun disayangkan, pengurus KOPMA ITS kala itu memberikan batas waktu penyerahan materi kaos hanya dalam tempo kurang dari 2 (dua) jam saja. Dengan berbekal semangat untuk mendapatkan bantuan kaos, maka beberapa aktivis mahasiswa lintas jurusan berupaya membuat desain kaos tersebut. Pada proses pembuatannya, seorang mahasiswa yang bernama Sentot Baskoro melihat salah seorang mahasiswa Arsitektur ITS yang melintas dengan mengenakan kaos bertulisan "Arek ITS Cuk!" tercetak kecil di kerah belakang dengan format huruf balok.
Berbekal insipirasi kaos mahasiswa Arsitektur tersebut, maka saudara Sentot Baskoro membuat sketsa desain gambar latar bangunan kampus Sukolilo yang khas dengan tulisan tangan "Arek ITS Cuk!" dominan di depan serta keterangan kecil di kanan atas: Rapat Kerja Bidang Kemahasiswaan ITS, Pacet 10-12 Desember 1990. Desain yang kemudian disepakati dan dicetak menjadi kaos ini kemudian dibagikan kepada seluruh peserta rapat kerja.

Pembantu Rektor III ITS dan para aktivis kemahasiswaan yang memakai kaos tersebut malah menunjukkan rasa kebanggan yang tinggi. Semenjak itulah yel Arek ITS Cuk! menjadi populer di seluruh teritorial ITS, bahkan kepopulerannya menjangkau sampai ke beberapa alumni di Jakarta. Termasuk yang kala itu masih bergabung dengan kelompok Humpuss, secara khusus meminta dikirimi beberapa stiker bertuliskan yel Arek ITS Cuk! tersebut. Beberapa rekan aktivis dari Teknik Sipil, saudara Djoko Kecil dan M. Buana "Bun-bun" Rochman, mencoba memperhalus kekasaran yel Arek ITS Cuk! dengan memberi kepanjangan Cerdas Ulet Kreatif bagi C terakhir Arek ITS Cuk! Dan ini kemudian dijadikan justifikasi penggunaan C terakhir pada yel Arek ITS Cuk! oleh generasi kemahasiswaan berikutnya.


Budaya Transisi
------------ ----
Situasi yang terpecah belah selalu membutuhkan satu pemersatu yang bersifat lintas disipliner, sangat kedaerahan, informal, bersahabat, dan mudah diterima oleh semua pihak. Pilihan itu ternyata jatuh pada penggunaan yel Arek ITS Cuk! sebagai salah satu faktor pemersatu gerakan Kemahasiswaan ITS kala itu. Yel Arek ITS Cuk! digunakan untuk menggantikan yel-yel sektoral jurusan yang dapat menimbulkan kebencian dari jurusan lainnya. Penggunaan yel Arek ITS Cuk! yang meluas kemudian menjadikan para mahasiswa ITS seolah mempunyai satu semangat baru untuk bersatu dan membedakan diri dari perguruan tinggi lain yang ada di Jawa Timur. Hanya ITS yang menggunakan idiom Surabaya kelas bawah dalam yel Arek ITS Cuk!nya.


Pasca Sosialisasi
------------ -----
ITS bersatu terlihat hampir menjadi kenyataan yang niscaya tatkala para alumni rapat Kemahasiswaan tersebut berhasil mengangkat ketua SM-ITS pertama(Oki Arisulistijanto) dalam suatu rapat penuh kekeluargaan di lantai II, gedung rektorat lama (plaza Dr. Angka) pada medio 1990. Hanya sayangnya kepengurusan tersebut tidak diakui secara resmi oleh pihak Rektorat ITS karena dianggap melenceng dari petunjuk teknis SK Mendikbud no.0457/1990.

Meskipun sempat mengalami masa kebersatuan ITS yang pendek (ditandai oleh Bhakti Kampus bersama 1991-1992) dan proyek Widya Wahana II (1992), namun proses pemersatuan ITS tersebut ternyata mengalami kemunduran kembali tatkala para alumni rapat kerja kemahasiswaan tersebut mulai dikejar target kelulusan perkuliahan mereka masing-masing. Tercatat kemunduran utama dialamai tatkala beberapa tokoh aktivis menyelesaikan studinya pada tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh beberapa rekan mahasiswa lainnya sampai ke suatu titik dimana semangat untuk mempersatukan ITS melemah dikikis habis oleh tradisi bergesekan berfaham sporadisme dan nasionalisme jurusan yang sempit.


Penutup
--------
Dalam beberapa tahun terakhir terlihat adanya keinginan untuk mempersatukan dan membangun citra kebesaran ITS pada para aktivis mahasiswa yang ada. Mereka melihat sejarah dan mencoba untuk menghidupkan kembali idiom dan yel Arek ITS Cuk!, namun ternyata jaman sudah berubah dan bukanlah sambutan yang mereka dapatkan melainkan hujatan yang terutama diajukan oleh kaum beradab berpendidikan tinggi yang kebanyakan bukanlah dari kalangan marhaen asli Surabaya dan lagi-lagi bukan dari mahasiswa.

============ ========= ========= ========= =========
dikutip dari mailist alumni

Well Then, melihat penutup dari milist tersebut, terlihat jelas kekecewaan para pendahulu kita. Sebagai mahasiswa yang independent, saya tidak menyalahkan alumni, apalagi mendukung penuh birokrasi. Sejenak mari kita renungkan makna istilah U untuk Ulet, dan A untuk Amanah.

Terlepas dari itu semua, label CAK-CUK bukanlah sembarang label. Banyak nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut seharusnya tertanam dalam hati sanubari setiap sivitas akademika ITS pada umumnya. Tidak hanya mahasiswa, dosen pun seharusnya meresapi dalam-dalam makna sesungguhnya, sehingga mampu menjadi teladan yang baik untuk mahasiswanya. Beberapa nilai yang saya ambil dari Deskripsi Model Pendidikan Karakter Bangsa di ITS diantaranya adalah :

1. Etika dan Intregitas

Dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, beragama, maupun dalam menjalankan profesinya, Seorang yang cerdas-amanah-kreatif selalu berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku di masyarakat, negara, dan agama. Marilah berusaha menjaga amanah ini supaya jangan sampai label cak menjadi negatif karena etika dan ulah minoritas.

2. Kreativitas dan Inovasi

Mahasiswa yang kreatif tentunya selalu mencari ide-ide segar yang mampu menghasilkan inovasi dalam mengerjakan tugas dan menjalankan perannya dengan baik.

3. Ekselensi

Dengan ekselensi, seseorang akan berusaha secara maksimal untuk mencapai hasil yang sempurna. Walaupun kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, namun sebagai makhluk hendaknya selalu berusaha yang terbaik dalam setiap aksinya.

4. Kepemimpinan yang kuat

Kepemimpinan yang kuat akan menunjukkan prilaku yang visioner, kreatif, inovatif, pekerja keras, berani melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Selain itu, mereka juga harus bertanggungjawab dengan segala tindakannya.

5. Sinergi

Mampu bekerjasama untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki.

6. Kebersamaan dan tanggung jawab sosial

Mampu menjaga kerukunan dan peduli terhadap masyarakat sekitar. Sebuah tanggung jawab sosial yang cukup berat untuk seorang berlabel CAK. Karena mereka akan dituntut menjadi teladan bagi orang-orang disekitarnya.

Mungkin masih banyak lagi nilai yang terkandung di dalam tiga kata sederhana itu. Dengan jargon CAK, sivitas akademika ITS diharapkan mempunyai karakter yang amanah dalam menjalankan tugasnya, mampu mengabdikan diri kepada masyarakat sekitar. Dan yang pasti, hendaknya memunyai mindset dan tindakan yang cerdas dan kreatif.





Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa pahlawannya
Bangsa yang hebat adalah bangasa yang berani melakukan perubahan
ITS, sebuah bangsa bagi pejuang muda masa depan
Tetap berkaca ke depan CAK,
tanpa meninggalkan sejarah CUK . . .

2 komentar:

  1. Keren pek kalimat "Tetap berkaca ke depan CAK,
    tanpa meninggalkan sejarah CUK"
    Vivat !!

    BalasHapus