Minggu, 13 November 2011

2

Film "Alangkah Lucunya Negeri Ini"

Posted in

KI (Keterampilan Interpesonal) yang bertujuan memberikan sebuah pembekalan kepada saya tentang pentingnya sebuah kepribadian diri.Hari senin tanggal 7 november,hari ini yang awalnya tidak ada mata kuliah pagi akhirnya di isi dengan mata kuliah KI yang di khususkan pada metode pembelajaran tentang bagaimana kami memahami tentang sebuah tulisan dan bacaan yang baik dan benar.Mata kuliah hari senin ini yang menjadi sebuah kuliah pengganti di karena dosen kami sedang ada urusan lain di hari sebelumnya jadi, di gantikan pada hari senin ini.
Dosen kami yang bernama Pak.Sholiq memberikan sebuah materi pembelajaran tentang apa makna yang di sampaikan dalam sebuah film yang berdurasi kurang lebih dua jam.Disini  beliau memberikan sebuah film yang mana nantinya kami harus membuat sebuah resensi tentang apa yang telah kita tonton.Pilm ini berjudul”Alangkah Lucunya Negeri Ini”.

“Alangkah Lucunya Negeri Ini”
Film yang berdurasi sekitar dua jam ini memiliki kualitas yang tak kalah dengan film-film yang lainya,tidak hanya dari segi kualitas produksi filmnya tetapi juga dari segi isi yang di sampaikan oleh si pembuat naskah kepada pecinta film.Film yang menceritakan tentang sebuah Keharusan setiap warga Indonesia untuk mendapatkan sebuah pendidikan yang layak agar masyarakat  Indonesia lebih memiliki sebuah nilai atau kwalitas dirinya yang mana hal itu mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan seperti pengangguran,rakyat buta akasara,dan segala bentuk kriminalitas yang hingga saat ini tidak dapat kita tanggulangi.
Di film ini diceritakan seorang anak muda, lulusan S1 Managemen yang bernama Muluk. Muluk, sebagai seorang yang baru saja lulus kuliah, tentu saja dia berupaya untuk mencari sebuah pekerjaan. Dengan berbekal ijazah yang dimiliki serta surat kabar yang memuat berbagai lowongan kerja, dia keluar masuk berbagai perusahaan untuk melamar. Namun, semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil sama sekali. Malah, suatu ketika di sebuah perusahaan yang hampir bangkrut, pengetahuan manajemen yang dimilikinya dikatakan tidak berguna karena si pimpinan perusahaan tersebut sudah mencoba segala jenis manajemen, mulai manajemen China, hingga manajemen Arab namun tidak berhasil menyelamatkan perusahaannya.Di perusahaan yang lain Juga pun dia ditawarkan untuk menjadi TKI,Dengan cepat sebuah bayangan hukum cambuk TKI di Malaysia segera memenuhi pikiran si Muluk yang langsung ditolak mentah-mentah.
Di samping itu, ayah Muluk yang bernama Pak Makbul berdebat serius dengan Haji Sarbini yang merupakan calon besannya mengenai apakah pendidikan itu penting atau tidak. Keduanya terus-terusan berdebat mengenai hal tersebut walaupun berusaha di penengahi oleh Haji Rahmat, seorang tetua dalam bidang agama Islam di daerah kompleks  tersebut. Perdebatan itu selalu saja mengarah kepada pendidikan yang di nilai tidak penting lah apalah itu segala macam yang berbau pendidikan, dan juga kenalan Haji Sarbini yang bekerja walaupun tidak mengenyam bangku pendidikan itu dibanding-bandingkan dengan si Muluk yang sudah memilki gelar sarjana namun tidak juga bekerja. Muluk, yang terus berkeliling mencari kerja akhirnya melihat sekelompok anak yang melakukan aksi copet di sebuah pasar. Dengan perasaan jengkel si Muluk  yang sejak dari awal melihat gerak gerik si pencopet langsung meringkus anak tersebut dan mengancam melaporkannya kepada polisi. Sebuah pernyataan keluar dari Muluk saat itu, yaitu “Mengapa mencopet, kalau butuh duit tinggal minta aja’” yang dengan entengnya si pencopet bernama Komet menjawab “saya pencopet, bukan peminta-minta.”Jawaban yang mengagetkan ini membuat si Muluk tidak dapat berkata-kata apa lagi dan melepaskan si pencopet bernama Komet itu, dan inilah yang menjadi awal pertemuan dan perkenalan mereka.
Beberapa waktu kemudian, di sebuah warung, terjadi pertemuan yang tidak disengaja antara Muluk dan Komet.  Si Komet yang awalnya makan di warung itu dengan segera mengakhiri makannya dan membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet itu.Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan sebuah kesepakatan kontrak kerja yang mana Muluk akan bekerja bersama para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan cara mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk Cuma satu yaitu agar nantinya hasil copet mereka dapat dikelola secara profesional dan dapat dijadikan sebagai modal usaha kedepannya agar tidak perlu menjadi pencopet lagi.
Pada ke esokkan harinya, Jarot sebagai pimpinan pencopet memperkenalkan kepada si Muluk  seluruh anggota timnya,dan menjelaskan beberapa kelompok dan metode kerja mereka. Secara umum, kelompok pencopet ini dibagi menjadi tiga, yaitu kelompok pencopet mall yang terdiri dari pencopet yang berpakaian paling bagus dan gaul, kelompok pasar yang berpakaian paling kumal, dan terakhir kelompok angkot yang berpakaian sekolah. Setiap kelompok memiliki pemimpin dan metode kerja sendiri-sendiri.
Setelah beberapa lama, Muluk beranggapan bahwa anak-anak ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajari mereka tentang pendidikan, Muluk meminta bantuan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan yang menjadi pengangguran yang mana sehari-hari hanya bermain kartu saja di pos ronda bersama pengangguran lainya.
Samsul mengajarkan banyak hal-hal yang sulit dipahami sekaligus memprihatinkan. Anak-anak pencopet ini sama sekali belum pernah tersentuh oleh pendidikan sebelumnya. Bahkan, karena tidak dapat membaca, salah seorang diantara mereka pernah lari ke kantor polisi saat dikejar-kejar oleh massa karena tidak dapat membaca tulisan”Kantor Polisi”di depannya. Selain itu, Samsul mengalami kesulitan saat menjelaskan mengapa mereka harus butuh dengan yang namanya pendidikan, bahkan anak-anak ini menjadi bersemangat setelah mengetahui salah satu tittle yang terdapat pada pelaku koruptor adalah berpendidikan dan menjadikan koruptor sebagai cita-cita mereka .Sebuah permasalahan kecil terjadi saat ayah Muluk bertanya mengenai pekerjaannya. Dengan terpaksa Muluk menjawab bahwa pekerjaannya  di bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Beberapa waktu kemudian, Haji Rahmat meminta Muluk untuk mengajak anaknya mendapatkan sebuah pekerjaan , si Pipit, karena sehari-harinya  hanya mengurusi kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana. Muluk-pun menyanggupi hal tersebut dan mengajak Pipit untuk mengajar agama bagi anak-anak pencopet.
Akhirnya,klimaks dari permasalahan itu tiba. Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja untuk para pencopet dan yang lebih menyakitkan hati mereka, bahwa makanan yang selama ini mereka makan berasal dari uang hasil copet
Pertentangan batin yang terjadi antara seorang anak dan seorang ayah segera terjadi di hati mereka yang sedang dialami oleh Muluk, Pipit, dan Samsul. Hal ini menyebabkan ketiganya berhenti mengajar anak-anak tersebut. Dan akhirnya ada beberpa pencopet mulai mau merubah profesi copetnya menjadi seorang tukang asongan,pada ujung film ini si Muluk di bawa ke oleh SatPol karena telah menyelamatkan para pencopet-pencopet yang telah dia ajarai selama beberapa hari ini.
Mungkin sekian resensi film yang dapat saya buat, kita bisa ambil makna yang terkandung dalam film ini,kalu menurut saya makna yang di sampaikan dalam film ini yaitu film ini telah mengangkat sebuah permasalahan yang sedang di alami oleh bangsa kita.Jadi kita sebagai pemuda penerus bangsa harus dapat memberikan suatu perubahan dalam perkembangan negeri ini.

Sekian.  





2 komentar: